Lanskap ekonomi global tengah mengalami transformasi besar, dengan munculnya pusat-pusat keuangan dan industri baru di luar pusat-pusat kekuatan tradisional Eropa dan Amerika Utara.
Kota-kota di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin semakin menegaskan pengaruhnya, didorong oleh urbanisasi yang pesat, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah yang kondusif, dan posisi geografis yang strategis. Pusat-pusat pertumbuhan ini membentuk kembali perdagangan, keuangan, dan produksi industri global, yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Kawasan Asia-Pasifik telah muncul sebagai kekuatan dominan dalam keuangan dan industri global, dengan kota-kota seperti Hong Kong, Singapura, Shanghai, Shenzhen, dan New Delhi memimpin. Menurut Indeks Pusat Keuangan Global (GFCI 37), yang diterbitkan pada Maret 2025, Asia-Pasifik memiliki enam pusat keuangan dalam 20 besar dunia, dengan Hong Kong di peringkat ketiga, Singapura di peringkat keempat, Shanghai di peringkat kedelapan, dan Shenzhen di peringkat kesembilan. Kota-kota ini tidak hanya menjadi pusat keuangan tetapi juga pusat industri, yang memanfaatkan inovasi, infrastruktur, dan konektivitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hong Kong dan Singapura tetap menjadi pusat keuangan terkemuka di Asia, diuntungkan oleh kerangka regulasi yang kuat, lokasi yang strategis, dan integrasi yang mendalam ke pasar global. Hong Kong, yang menyalip Singapura di posisi ketiga dalam GFCI 36, unggul dalam aktivitas keuangan lintas batas, terutama dalam merger dan akuisisi (M&A), dan berperan sebagai pintu gerbang ke Tiongkok daratan.
Singapura, dengan Kawasan Pusat Bisnis dan Bursa Efek Singapura, merupakan pusat bagi bank-bank internasional dan modal ventura, terutama di Asia Tenggara. Kawasan Marina Bay-nya melambangkan perkembangan ekonomi yang pesat, didukung oleh infrastruktur modern dan kebijakan pajak rendah.
Shanghai dan Shenzhen berperan penting dalam kebangkitan Tiongkok sebagai inovator global di industri-industri maju. Shanghai, tempat Bursa Efek Shanghai berada, merupakan pemain kunci dalam keuangan global, menempati peringkat kedelapan dalam GFCI 37. Shenzhen, bekerja sama dengan China Development Institute, berkontribusi pada penelitian GFCI dan merupakan pemimpin dalam teknologi dan manufaktur.
Fokus Tiongkok pada inovasi telah mendorong Shenzhen menjadi pusat elektronik, telekomunikasi, dan kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan tahun 2024 dari Yayasan Teknologi Informasi dan Inovasi (ITIF), Tiongkok berkembang pesat dalam industri-industri seperti 5G, energi terbarukan, dan kendaraan listrik (EV), dengan Shenzhen sebagai yang terdepan.
India tengah mengukir peran penting sebagai pusat keuangan dan industri, dengan New Delhi naik enam peringkat dalam GFCI 37. Daya tarik India berasal dari besarnya talenta STEM, kebijakan yang pro-bisnis, dan pusat kapabilitas global (GCC) yang terus berkembang. Laporan McKinsey dari April 2025 mencatat bahwa lebih dari 1.500 GCC beroperasi di India, dengan proyeksi penambahan 250 pada tahun 2030.
New Delhi dan kota-kota lain seperti Bangalore dan Hyderabad merupakan pusat TI, manajemen proses bisnis, dan litbang teknik. Ekspor elektronik India, yang bernilai $10 miliar ke AS saja, diperkirakan akan mencapai $80 miliar pada tahun 2030, didorong oleh inisiatif seperti Misi Manufaktur Nasional.
Kota-kota seperti Hangzhou, Kuala Lumpur, Kota Ho Chi Minh, dan Manila juga mengalami peningkatan peringkat global yang signifikan. Kuala Lumpur, misalnya, naik lebih dari 10 peringkat di GFCI 36, didorong oleh investasi di infrastruktur digital dan layanan keuangan.
Kota Ho Chi Minh telah memanfaatkan kedekatannya dengan pelabuhan-pelabuhan utama, menarik sektor manufaktur seiring perusahaan-perusahaan mendiversifikasi rantai pasokan dari Tiongkok. Kota-kota ini diuntungkan oleh populasi muda yang melek teknologi dan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan, sehingga mendorong pertumbuhan pasar industri dan konsumen.
Timur Tengah sedang bertransformasi pesat menjadi kawasan pusat keuangan dan industri yang dinamis, dengan Dubai, Abu Dhabi, Riyadh, dan Doha memimpin. GFCI 37 menempatkan Dubai di peringkat ke-12 dan Abu Dhabi sebagai pusat regional teratas, keduanya diuntungkan oleh investasi di bidang keuangan hijau, teknologi digital, dan infrastruktur.
Kebangkitan Dubai sebagai pusat keuangan didukung oleh lokasinya yang strategis, infrastruktur yang kuat, dan kebijakan yang ramah investor. Kota ini telah menjadi pemimpin dalam layanan keuangan khusus, termasuk keuangan Islam dan pembiayaan perdagangan. Abu Dhabi melengkapi Dubai dengan fokusnya pada pengelolaan kekayaan dan investasi terkait energi. Kedua kota ini berinvestasi besar-besaran dalam energi terbarukan dan inisiatif kota pintar, yang sejalan dengan tren keberlanjutan global.
Riyadh dan Doha telah mencapai kemajuan signifikan, dengan Riyadh melonjak 27 peringkat dalam GFCI 36 berkat fokusnya pada layanan keuangan khusus dan inisiatif Visi 2030 Arab Saudi. Investasi kerajaan sebesar $10 miliar di pusat data menggarisbawahi ambisinya untuk menjadi pusat digital dan industri. Doha, yang membalikkan penurunan sebelumnya, naik lebih dari 20 peringkat dalam GFCI 36, memposisikan dirinya sebagai pesaing internasional yang sedang berkembang dengan investasi di bidang infrastruktur dan layanan keuangan.
Afrika sedang menyaksikan kebangkitan kota-kota seperti Addis Ababa dan Tangier sebagai pusat komersial dan industri utama. Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia 2025, kota-kota ini memanfaatkan lokasi strategis dan investasi infrastruktur mereka untuk menarik investasi langsung asing (FDI).
Addis Ababa berkembang menjadi pusat transit untuk Afrika, dengan penerbangan ke lebih dari 90 kota internasional dan sektor kargo udara yang kuat. Perannya sebagai gerbang perdagangan dan manufaktur diperkuat oleh investasi di bidang konektivitas dan logistik, yang krusial untuk menarik FDI di kawasan dengan kapasitas penerbangan intra-Afrika yang masih terbatas.
Tangier, dengan populasi 1,4 juta jiwa, telah menjadi pusat ekspor terkemuka, terutama bagi industri otomotif. Kedekatannya dengan pelabuhan peti kemas terbesar di Eropa dan Afrika menjadikannya tujuan yang menarik bagi perusahaan multinasional Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Investasi di bidang energi terbarukan semakin memperkuat daya tarik Tangier sebagai pusat industri berkelanjutan.
Amerika Latin sedang mengalami kebangkitan kepercayaan terhadap sektor keuangan, dengan kota-kota seperti Bogota, Sao Paulo, dan Mexico City semakin menonjol. GFCI 36 mencatat bahwa Amerika Latin dan Karibia adalah satu-satunya kawasan dengan peningkatan kepercayaan terhadap sektor keuangan, dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,65%.
Bogota, yang berada di peringkat ke-37 sebagai pusat komersial, memimpin industri kargo udara Amerika Latin dan merupakan destinasi wisata yang terus berkembang. Posisinya yang strategis di antara Amerika Utara dan Selatan menjadikannya penghubung vital bagi perdagangan dan manufaktur, didukung oleh investasi di bidang infrastruktur dan perhotelan.
São Paulo tetap menjadi pusat keuangan terkemuka di kawasan ini, menduduki peringkat kedua setelah Bermuda dalam GFCI 36. Pasar keuangan dan basis industrinya yang kuat, terutama di sektor otomotif dan teknologi, memposisikannya sebagai pemain kunci dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Latin.
Beberapa faktor yang mendorong munculnya pusat-pusat keuangan dan industri ini:
Kemajuan Teknologi : Investasi dalam 5G, AI, dan energi terbarukan mendorong pertumbuhan industri. Misalnya, pasar keamanan 5G global diproyeksikan mencapai $25,9 miliar pada tahun 2030, dengan kota-kota seperti Shenzhen dan Dubai sebagai yang terdepan.
Kebijakan Pemerintah : Reformasi pro-bisnis, seperti Misi Manufaktur Nasional India dan Visi 2030 Arab Saudi, menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk investasi.
Pengembangan Infrastruktur : Investasi di pelabuhan, bandara, dan infrastruktur digital, seperti terlihat di Tangier dan Kota Ho Chi Minh, meningkatkan konektivitas dan perdagangan.
Keunggulan Demografis : Populasi muda dan terampil di Asia, Afrika, dan Amerika Latin menyediakan tenaga kerja yang kuat untuk sektor industri dan keuangan.
Fokus Keberlanjutan : Kota-kota seperti Dubai dan Abu Dhabi memprioritaskan keuangan hijau dan energi terbarukan, yang selaras dengan tujuan keberlanjutan global.
Meskipun mengalami kemajuan, pusat-pusat yang baru muncul ini menghadapi tantangan:
Ketegangan Perdagangan : Meningkatnya hambatan perdagangan global, seperti yang tercantum dalam Prospek Ekonomi Global 2025 Bank Dunia, dapat menghambat pertumbuhan, khususnya bagi eksportir komoditas.
Ketidakpastian Kebijakan : Ketegangan geopolitik dan perubahan peraturan menimbulkan risiko terhadap stabilitas investasi.
Kesenjangan Infrastruktur : Banyak kota, terutama di Afrika, memerlukan investasi lebih lanjut dalam konektivitas intra-regional untuk memaksimalkan potensinya.
Risiko Iklim dan Konflik : Peristiwa cuaca ekstrem dan konflik regional, khususnya di Timur Tengah dan Afrika, dapat mengganggu pertumbuhan.
Munculnya pusat-pusat keuangan dan industri di luar Eropa dan Amerika Utara menandai pergeseran signifikan dalam tatanan ekonomi global. Kota-kota seperti Hong Kong, Singapura, Shanghai, Shenzhen, Dubai, Abu Dhabi, Addis Ababa, Tangier, dan Bogota memanfaatkan kekuatan unik mereka – lokasi strategis, inovasi teknologi, dan kebijakan yang mendukung – untuk memainkan peran penting dalam keuangan dan industri global.
Meskipun tantangan masih ada, kontribusi mereka terhadap PDB, perdagangan, dan inovasi global tidak dapat disangkal. Seiring dengan terus berkembangnya ekonomi dunia, kota-kota ini siap membentuk masa depan, mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di seluruh wilayah dan sekitarnya.